Monday, November 16, 2009

Kesesatan Film Kiamat 2012 Ala Hollywood

Film kiamat 2012 garapan Hollywood sudah menuai protes dari tokoh Islam. Adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Malang, KH Mahmud Zubaidi yang pertama kali mengecam film yang sudah tayang di Indonesia itu.

Menurutnya, sebagai umat Islam, harus mempercayai bahwa kiamat merupakan rahasia Allah. Jadi, jangan percaya dengan ramalan kiamat versi bangsa Maya. ”Film itu tidak pantas untuk ditayangkan, karena bisa mempengaruhi pemikiran umat. Soal kapan kiamat, itu kuasa Sang Pencipta. Jadi kita tidak boleh menentukan hari itu. Itu menyesatkan,” tegas Ulama Malang ini.

Berbeda dengan KH Mahmud, Ketua MUI pusat, KH Amidhan tidak begitu mempermasalahkan film itu. ”Secara pribadi, saya tidak menganggap itu masalah besar. Asalkan, film 2012 tidak diasosiasikan dengan hari kiamat. Kiamat hanya Allah yang tahu. Dan film hanya fiksi, bukan kisah nyata,” jelas Amidhan di Jakarta kemarin.

Mungkin, apa yang dijelaskan Amidhan ada benarnya. Bahwa film yang menelan biaya produksi sebesar dua ratusan juta dolar atau sekitar 2 trilyun rupiah itu tidak lebih dari sekadar khayalan orang-orang film. Dan itu tidak lepas dari trik bisnis Hollywood untuk meraup uang sebanyak-banyaknya. Dalam tayang selama tiga hari di 105 negara, film ini sudah meraup untung 25 juta dolar.

Kalau dikritisi lebih dalam, film garapan Roland Emmerich ini tidak lebih dari ungkapan ketakutan yang berlebihan terhadap ramalan bencana dari kacamata orang atheis. Film berdurasi 158 menit ini sama sekali tidak menggambarkan kebesaran bahkan keberadaan Tuhan dan kekerdilan manusia. Pesan yang bisa ditangkap dari film ini justru menuhankan ilmu pengetahuan dan kebodohan agama.

Seperti umumnya film-film Hollywood yang lain, film 2012 lebih cocok menggambarkan suasana peperangan ala koboi Amerika dengan keganasan alam. Selain itu, nalar logika ilmiah film ini begitu dangkal dan sentuhan religusitasnya yang sangat sangat kering.

Satu hal yang sudah biasa dalam film Hollywood, penggambaran betapa bijaksananya Amerika. Terlebih lagi presidennya. Dalam film ini, presiden Amerika adalah di antara mereka yang tidak mau meninggalkan ketakutan rakyatnya ketika pemimpin dunia yang lain sudah kabur menyelamatkan diri. Sang presiden pun digambarkan menemui ajal bersama rakyatnya yang sedang menderita.

Apa yang disampaikan Ketua MUI Malang memang benar, ”Film ini sangat menyesatkan.” mnh

eramuslim.com

Baca selengkapnya...

Tuesday, November 10, 2009

Dikaitkan dengan Kasus Bank Century, SBY Harus Ambil Sikap

Jakarta - Tim 8 bentukan Presiden SBY menduga ada keterkaitan yang kuat antara persoalan Bank Century dengan kasus yang menimpa Bibit S Riyanto dan Chandra M Hamzah. SBY seharusnya segera menyikapi hasil penilaian Tim 8.

"Presiden SBY jangan diam saja, Presiden harus bersikap atas kasus Bank Century, sikap itu bukan berarti intervensi," kata anggota Petisi 28, Masinton Pasaribu saat dihubungi, Selasa (10/11/2009).

Masinton menilai, SBY tidak boleh menganggap enteng hasil penilaian Tim 8 tersebut. SBY, tambah mantan caleg PDIP ini, harus segera bersikap dengan temuan tersebut.

"Kalau diam saja, patut diduga rezim ini bukan pemerintah yang bersih dan antikorupsi, rezim ini rezim mafioso karena mendiamkan kasus korupsi yang menghabiskan duit negara," sindir Masinton.

Bukan hanya kepada SBY kritikan Masinton. Ia juga meminta agar KPK proaktif terhadap kasus ini. Menurutnya, KPK jangan hanya tergantung pada laporan BPK yang kesulitan meminta data dari PPATK.

"KPK juga jangan lagi menunggu audit BPK," tegasnya.

(mok/Rez)


Baca selengkapnya...

Ultimatum 5 Menit Tak Digubris, Aktivis 'Kompak' Tinggalkan Ruang Komisi III

Jakarta - Kericuhan yang mewarnai pertemuan Komisi III dengan sejumlah tokoh LSM, aktivis, dan mahasiswa yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi (Kompak) berangsur reda. Para aktivis sepakat melanjutkan kembali pertemuan tersebut. Namun mereka mengultimatum Komisi III selama 5 menit untuk memberi kepastian sidang dilanjutkan atau tidak.

"Kita sepakat untuk menunggu selama 5 menit dari komisi III untuk melanjutkan pertemuan. Kalau sampai 5 menit tidak ada kejelasan, kita akan minta maaf pada seluruh rakyat Indonesia karena tidak bisa melanjutkan pertemuan dengan komisi III utk klarifikasi apakah mereka (Komisi III) dukung rakyat atau tidak," kata Fadjroel Rachman, salah satu aktivis Kompak di ruang Komisi III, Gedung DPR, Jakarta, Selasa (10/11/2009).

Sayangnya ultimatum Kompak tak digubris. Setelah ditunggu selama 5 menit, ternyata tidak ada respon dari pimpinan Komisi III. Para pimpinan seperti Azis Syamsuddin yang sebelumya mengetok palu, bahkan telah meninggalkan ruangan. Langkah Azis diikuti sebagian anggota komisi lainnya. Namun masih ada yang tampak duduk di ruangan.

Karena tidak mendapat respon dari Komisi III, maka para aktivis Kompak pun memutuskan meninggalkan ruangan. Dengan wajah penuh kecewa, mereka meninggalkan ruangan Komisi III di lantai 2 dan akhirnya menuju lantai dasar untuk menggelar jumpa pers.

Sementara para mahasiswa UI yang turut serta dalam rapat tersebut sebelum keluar sempat memberikan surat pernyataan dukungan kepada Komisi III agar DPR mau mendukung dua pimpinan KPK Bibit S Riyanto dan Chandra M Hamzah.

(Rez/mok)

Baca selengkapnya...